Quantcast
Channel: TINTAHIJAU.com | Dari Subang untuk Dunia
Viewing all 124 articles
Browse latest View live

Kalahkan Thailand, Timnas Cetak Sejarah Baru di Piala AFF

$
0
0

Duel Timnas Indonesia melawan Thailand dalam leg pertama final Piala AFF 2016, Rabu (14/12) di Stadion Pakansari, Cibinong, berjalan seru.

Indonesia tertinggal lebih dulu pada menit 33 melalui gol Teerasil Dangda. Indonesia tampil tertekan pada babak pertama meski Thailand juga belum bermain terlalu ofensif.

Dikutip dari laman www.bola.com, tertinggal 0-1, Timnas Indonesia perlahan bangkit. Gol Rizky Ripora pada menit 64 membuat permainan Indonesia meningkat. Tak berselang lama, Hansamu Yama membobol gawang Kawin Thamsatchanan.

Timnas Indonesia bermain lebih baik dan mampu keluar dari tekanan. Serangan balik yang diterapkan anak asuh Alfred Riedl mampu membuat lini belakang Thailand kerepotan.

Alfred Riedl mengubah strategi yang cukup aneh dengan memasukkan Lerby Eliandry menggantikan Beny Wahyudi yang mengalami cedera di kepala. Sementara, Ferdinand Sinaga masuk menggantikan Boaz Solossa.

Duel menjelang babak kedua berakhir berjalan seru dan mendebarkan. Kedua tim saling berbalas serangan. Indonesia hampir unggul lagi setelah serangan balik cepat dari Ferdinand Sinaga. Sayang, bola diamankan dengan sigap oleh Kawin. Bola rebound kemudian disundul Lerby Eliandry, tetapi Kawin lagi-lagi mampu mengamankan bola.

Hingga laga berakhir, kedudukan 2-1 untuk Timnas Indonesia atas Thailand tetap bertahan. Duel leg kedua digelar di Stadion Rajamanggala, Bangkok (14/12). Indonesia mencetak sejarah, menjadi satu-satunya tim yang mengalahkan Thailand di Piala AFF 2016. [elshinta]

 

foto: goal.com


KPK: Jangan Pilih Pemimpin dari Dinasti Politik

$
0
0

TINJAU JAKARTA- Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Alexander Marwata mengimbau masyarakat tidak memilih calon kepala daerah yang memiliki rekam jejak keluarga tidak baik atau dinasti politik.

Seperti di Banten, Alex meminta masyarakat cerdas dalam memilih kepala daerahnya.

"Jangan dipilih, maju sih boleh saja kalau KPU meloloskan dia sebagai calon, tapi sebagai masyarakat jangan dipilih," kata Alexander mengomentari majunya Andika Hazrumy sebagai calon Wakil Gubernur Banten di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 14 Desember 2016.

Untuk diketahui bahwa Andika Hazrumy adalah anak dari mantan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah yang telah dijebloskan ke dalam jeruji besi oleh KPK. Selain Atut, Andika juga memiliki sanak keluarga yang menjabat kepala daerah di daerah Banten.

Alexander menilai daerah Banten dan Cimahi, Jawa Barat, termasuk rawan tindak pidana korupsi, lantaran beberapa anggota keluarga menjabat sebagai kepala daerah.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk selektif memilih pemimpin. "Jangan pilih kepala daerah yang dinasti politik," kata mantan Hakim Pengadilan Tipikor itu.

Hingga berita ini diturunkan, VIVA.co.id belum mendapat konfirmasi dari Andika terkait pernyataan Alex Marwata ini. [VIVA.co.id]

foto ilustrasi

 

Follow Twitter: @tintahijaucom Like Faceboook: Redaksi Tintahijau

Iklan dan kerjasama hubungi:

WA: 081.805.117700 BBM: 2381524D email: red.tintahijau@gmail.com

Melawan Ekstremisme dan Islamofobia

$
0
0

Jika ekstrimisme keagamaan pada satu pihak dan Islamo-fobia pada pihak lain terus bertahan dan berkecenderungan meningkat, lantas apa yang harus dilakukan? Apakah kecenderungan ini dapat dikurangi jika belum dapat diatasi secara keseluruhan?

Dalam pembicaraan di berbagai forum konferensi, seminar dan simposium tentang subjek ini terungkap bahwa ekstrimisme keagamaan dan Islamo-fobia tidak berdiri sendiri. Ia banyak terkait dengan situasi domestik negara tertentu dan juga dengan dinamika politik, ekonomi dan sosial-budaya di level internasional. Karena itu memang sama sekali tidak mudah mengatasinya.

Keadaan politik, ekonomi, sosial-budaya dan agama yang kacau di banyak negara Muslim—khususnya di Dunia Arab, Asia Selatan dan Afrika—jelas menjadi faktor utama tumbuh dan menguatnya ekstrimisme agama. Konflik politik dan perang yang terjadi beberapa tahun terakhir -— di tengah kegagalan democratic opening di Dunia Arab —- yang beramalgamasi dengan sektarianisme agama dan kabilahisme membuat ekstrimisme mencapai tingkat yang tidak pernah ada sebelumnya. Ini terlihat dalam pertumbuhan ISIS di wilayah Syria dan Irak.

Celakanya, ekstrimisme politik dan agama di kawasan ini menyebar ke tempat-tempat lain; tidak hanya di Dunia Muslim, tapi juga ke Eropa dan Amerika. Hasilnya, terjadi globalisasi ekstrimisme yang menciptakan masalah serius dalam keamanan dan sekuriti.

Kondisi ekonomi yang mengalami krisis atau kemerosotan di beberapa negara Eropa Selatan seperti Yunani atau Italia hanya meningkatkan Islamo-fobia yang memang sudah ada sejak lama di Eropa atau di Dunia Barat secara keseluruhan. Kedatangan jutaan pengungsi dari Libya, Syria, Afghanistan, Somalia dan seterusnya ke Eropa—kemudian juga diterima dalam jumlah terbatas di AS, Kanada dan Australia—hanya meningkatkan Islamo-fobia.

Akhirnya para pengungsi bisa diterima di sejumlah negara. Sayang terjadi kasus-kasus tidak menyenangkan. Misalnya, terjadinya kasus memalukan ketika ‘oknum-oknum’ pengungsi di awal tahun baru 2016 melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan lokal Jerman dan Prancis.

Dengan demikian, terjadi interplay, saling memengaruhi antara berbagai faktor yang bekerja meningkatkan ekstrimisme agama dan Islamo-fobia sekaligus. Melihat interplay dan dinamika berbagai faktor internal dan internasional, sekali lagi, sulit terlihat jalan keluar dari masalah berat dan serius ini.

Karena itu upaya ‘memerangi’ ekstrimisme agama dan Islamo-fobia sama sekali tidak mudah. Sebaliknya melibatkan proses yang kompleks dan rumit yang memerlukan penanganan serius dan terencana baik pada tingkat domestik maupun internasional.

Pada tingkat pemerintahan, jelas perlu kerja sama internasional untuk menangani berbagai masalah yang menjadi sumber ekstrimisme agama dan Islamo-fobia. Berbagai negara dapat bertukar pengalaman dalam mengembangkan kehidupan yang harmonis, toleran dan hidup berdampingan secara damai.

Tetapi masalah ekstrimisme agama dan Islamo-fobia juga memerlukan peran masyarakat, khususnya masyarakat sipil atau masyarakat madani (civil society). Masyarakat sipil bukan hanya dapat menjadi mitra pemerintah dalam isu terkait, sekaligus pula bisa meningkatkan perannya dalam proses de-ekstrimisasi dan de-Islamo-fobiaisasi.

Masalahnya kemudian, tidak semua negara memiliki civil society yang aktif dan dinamis untuk meresponi berbagai perkembangan tidak menguntungkan baik di negara tertentu maupun di tingkat internasional. Dalam keadaan seperti ini, sering terlihat, banyak negara yang tidak memiliki civil society harus bekerja sendiri melalui birokrasi pemerintahan

Di sini banyak negara seolah tidak berdaya mengatasi perkembangan tidak kondusif. Negara-negara ini akhirnya terjerumus menjadi ‘negara gagal’ (failed states) karena ketidakmampuan menegakkan hukum dan ketertiban guna menciptakan keharmonisan dan kedamaian.

Di tengah keadaan domestik banyak negara dan juga dunia internasional yang cenderung buram (gloomy), Indonesia berada dalam posisi sangat baik untuk berada di garis terdepan. Secara domestik, Indonesia stabil secara politik dan ekonomi. Sebagai negara sangat majemuk, Indonesia mampu bertahan dalam kesatuan dan persatuan.

Karena itulah banyak kalangan internasional, baik pemerintahan negara maupun masyarakat mengharapkan Indonesia memainkan peran lebih besar dalam menghadapi ekstrimisme dan Islamo-fobia. Indonesia sebagai negara besar bukan hanya dalam ukuran teritori, jumlah penduduk, demografi Muslim dan sekaligus demokrasi sepatutnya memikul tanggung jawab dan peran lebih besar pula.

Sebab itu, cukup kuat alasan agar pemerintah RI merevitalisasi aktivisme Indonesia dalam kancah internasional. Presiden Jokowi tetap bisa melanjutkan pembangunan infra-struktur, tapi pada saat yang sama juga membangun kembali postur Indonesia yang gagah pada tingkat internasional. Dengan begitulah Indonesia dapat menjadi negara besar seperti sering ditekankan Presiden Jokowi. [ROL]

Penulis Azyumardi Azra

________
Follow Twitter: @tintahijaucom Like Faceboook: Redaksi Tintahijau

Iklan dan kerjasama hubungi: WA: 081.805.117700 BBM: 2381524D email: red.tintahijau@gmail.com

Ust Solmed 'Ceramahi' Plt Bupati dan Pejabat Subang

$
0
0

Peringatan Maluid Nabi Muhammad di Kabupaten Subang menghadirkan Ustad Soleh Mahmud atau akrab disapa ust Solmed. Maulid Nabi digelar Alun-alun Subang, Kamis (15/12/2016). Hadir dalam kegiatan itu p[ejabat dan warga sekitar


Follow
Twitter: @tintahijaucom Like Faceboook: Redaksi Tintahijau

Iklan dan kerjasama hubungi:
WA: 081.805.117700 BBM: 2381524D email: red.tintahijau@gmail.com

Viewing all 124 articles
Browse latest View live